widgets

Sabtu, 23 November 2013

Kenapa Kesalahpahaman Sering Terjadi?

Saya akan mengawali tulisan ini dengan tiga buah teka-teki. Cobalah Anda cari jawaban yang logis dari ketiga pertanyaan teka-teki berikut. Sudah siap? Oke, mari kita mulai.

Pertanyaan pertama: Seorang saudara si tukang kayu meninggal dunia dan mewariskan warisan senilai satu milyar Rupiah kepada saudara laki-laki satu-satunya. Namun, si tukang kayu tidak pernah menerima warisan sedikit pun meskipun warisan itu sah. Mengapa itu bisa terjadi?

Pertanyaan kedua: Adalah seorang anak laki-laki yang mempunyai kebiasaan aneh, yaitu mengulangi setiap suara yang didengarnya. Suatu hari, ayah anak tersebut berkata, “Nak, ayo kita makan malam bareng…”, tapi anak laki-laki tersebut tidak berkata apa-apa. Mengapa bisa begitu?

Pertanyaan ketiga: Seorang gadis yang baru bisa menyetir melalui sebuah jalan raya dengan arah yang salah (melawan arus), padahal jalan tersebut adalah jalan satu arah. Tapi, dia tidak melanggar hukum. Bagaimana bisa?

Oke, apakah Anda sudah mendapatkan jawaban ketiga pertanyaan tersebut? Sedikit bocoran, jawaban ketiga pertanyaan di atas sebenarnya sangat sederhana, namun beberapa orang sulit untuk melihatnya karena alasan yang akan saya jelaskan nanti dalam tulisan ini. Saat ini, marilah kita cocokkan dahulu jawaban Anda dengan jawaban saya…
Mari kita mulai dengan membahas jawaban dari pertanyaan pertama:
Seorang saudara si tukang kayu meninggal dunia dan mewariskan warisan senilai satu milyar Rupiah kepada saudara laki-laki satu-satunya. Namun, si tukang kayu tidak pernah menerima warisan sedikit pun meskipun warisan itu sah. Mengapa itu bisa terjadi?
Mengapa si tukang kayu tersebut tidak pernah menerima warisan tersebut? Ini bukanlah karena ada kecurangan yang terjadi, namun karena si tukang kayu tersebut adalah seorang perempuan. Warisan itu diberikan kepada saudara laki-laki si tukang kayu.
Saya mendengar ada beberapa dari Anda berkata, “Oh iya ya… Saya pikir si tukang kayu itu laki-laki.” Oke, tidak apa-apa. Sekarang kita bahas pertanyaan kedua:
Adalah seorang anak laki-laki yang mempunyai kebiasaan aneh, yaitu mengulangi setiap suara yang didengarnya. Suatu hari, ayah anak tersebut berkata, “Nak, ayo kita makan malam bareng…”, tapi anak laki-laki tersebut tidak berkata apa-apa. Mengapa bisa begitu?
Mengapa anak laki-laki itu tidak mengulangi kata-kata ayahnya di atas? Apakah karena anak laki-laki ini sudah sembuh dari kebiasaan anehnya? Tidak. Ternyata, jawabannya sangat sederhana. Anak laki-laki ini tidak berkata apa-apa karena dia tidak mendengar perkataan ayahnya di atas.
Kini saya mendengar beberapa dari Anda berkata, “Loh kok gitu, saya pikir si anak itu dengar kata-kata ayahnya…” Oke, kita akan bahas nanti setelah kita menjawab pertanyaan yang ketiga:
Seorang gadis yang baru bisa menyetir melalui sebuah jalan raya dengan arah yang salah (melawan arus), padahal jalan tersebut adalah jalan satu arah. Tapi, dia tidak melanggar hukum. Bagaimana bisa?
Wah, bagaimana bisa gadis itu tidak melanggar hukum? Ternyata pertanyaan ini bisa dijawab dengan mudah apabila kita berpikir bahwa gadis itu sedang berjalan kaki.
Kembali asya mendengar beberapa dari Anda berkata, “Oh ya benar kalau gitu, tadi saya pikir gadis itu naik mobil….”

Apakah jawaban ketiga pertanyaan teka-teki di atas mengejutkan Anda? Tentu jawaban di atas akan lebih mengejutkan kepada Anda yang belum pernah melihat teka-teki seperti ini sebelumnya dibandingkan Anda yang sudah pernah melihatnya.

Namun, teka-teki ini lebih dari sekadar having fun. Ada pelajaran berharga yang bisa dipelajari dari teka-teki ini. Pernahkah Anda berpikir, mengapa beberapa orang kesulitan menjawab teka-teki di atas? Kalau Anda perhatikan kata-kata alasan orang-orang yang saya reka-reka di atas, Anda akan menemukan sebuah persamaan. Ketiganya mengandung dua kata yang sangat efektif dalam menimbulkan kesalahpahaman. Kedua kata itu adalah “saya pikir”.

“Saya pikir si tukang kayu itu laki-laki.” Meskipun kebanyakan tukang kayu adalah laki-laki, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa semua tukang kayu adalah laki-laki.
“Saya pikir si anak itu dengar kata-kata ayahnya.” Meskipun kata-kata sang ayah yang mengajak anaknya makan ini memberikan kesan bahwa sang ayah sedang berada dekat dengan sang anak, tidak dikatakan bahwa si anak mendengar kata-kata ayahnya. Bisa saja si anak sedang mendengarkan musik kencang-kencang dengan earphone-nya sehingga tidak mendengar kata-kata sang ayah.
“Saya pikir gadis itu naik mobil.” Kalau Anda cermati, informasi yang ada hanyalah gadis itu baru bisa menyetir, dan tidak dikatakan bahwa gadis itu sedang menyetir. Dan tentunya “melalui sebuah jalan raya” tidak harus dengan mobil.

Kalau saya boleh simpulkan, ketiga pertanyaan sederhana di atas menjadi sulit karena banyak orang membuat asumsi-asumsi yang mereka percaya bahwa itu benar, namun sesungguhnya tidak benar. Mereka memulai asumsi mereka dengan dua kata sakti, “saya pikir”, dan asumsi mereka menimbulkan kesalahpahaman.

Semakin lama saya hidup di bumi ini, semakin banyak masalah antarmanusia yang saya temui di lingkungan saya. Satu hal yang saya amati, banyak masalah yang terjadi sebenarnya hanyalah sebuah kesalahpahaman. Banyak pertengkaran terjadi juga karena kesalahpahaman salah satu pihak. Banyak gosip tidak sedap yang menyakiti hati orang-orang keluar dari sebuah asumsi yang meskipun mereka yakini bahwa itu benar, namun sesungguhnya itu tidak benar.

Contoh sederhana, hanya karena melihat seorang pria dan wanita berjalan bersama, kita bisa berasumsi bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Padahal, asumsi itu belumlah tepat sampai kita mengkonfirmasikannya dengan pria dan wanita tersebut.

Contoh sederhana lainnya, kita tidak meminta izin dalam meminjam barang teman kita. Kita pikir, teman kita pasti akan meminjamkannya. Kita membuat asumsi kita sendiri yang belum tentu benar. Bisa saja ternyata teman kita keberatan meminjamkan barangnya kepada kita.

Contoh lainnya, ketika kita melihat seorang bertato, kita mungkin akan berpikir bahwa orang itu pastilah seorang preman. Padahal, mungkin saja orang itu sudah bertobat.
Keadaan akan menjadi lebih parah jika kita bukan hanya berasumsi, tetapi juga menyebarkan asumsi kita kepada orang-orang lain tanpa mengkonfirmasikan kebenarannya dengan pihak yang bersangkutan. Inilah awal dari sebuah gosip yang sangat mungkin menyakiti perasaan orang-orang yang bersangkutan, apalagi jika ternyata gosip tersebut tidak benar.

Terkadang kita mencoba untuk membuat asumsi dan kesimpulan dari informasi-informasi yang kita peroleh. Kita lupa, mungkin saja ada banyak informasi yang kita tidak tahu, yang apabila kita tahu akan mengubah kesimpulan kita 180 derajat.

Sebuah contoh sederhana, ada dua orang dengan perawakan yang mirip-mirip menyumbang sebuah panti asuhan. Orang pertama yang berpenghasilan Rp. 10 juta menyumbang Rp. 1 juta dan orang kedua yang berpenghasilan Rp. 15 juta menyumbang Rp. 10 juta. Siapa yang lebih dermawan? Mungkin Anda berkata orang kedua yang memberikan 67% penghasilannya lebih dermawan dibandingkan orang pertama yang hanya memberikan 10%. Apakah kesimpulan Anda akan berubah jika saya berikan informasi tambahan bahwa orang pertama menyumbang ke 8 panti asuhan (total Rp. 8 juta) dan orang kedua hanya menyumbang ke 1 panti asuhan?

Jadi, bagaimana kita bisa menghindari kesalahpahaman? Berikut adalah beberapa tips yang saya pikirkan:
  1. Sebisa mungkin, jika tidak benar-benar diperlukan, jangan berasumsi sesuatu hal yang buruk tentang orang lain, tetapi tanyakanlah dengan jelas dan langsung kepada orang-orang yang terlibat, yang mengetahui jawaban pastinya.
  2. Jangan bergosip tentang keburukan orang lain. Bicarakanlah langsung dengan orang yang bersangkutan. Apabila ingin membicarakan seseorang dengan orang lain, bicarakanlah kebaikannya. Lakukanlah ini dan Anda akan menjadi seorang yang lebih disukai orang lain.
  3. Janganlah terlalu yakin dengan kesimpulan yang kita buat tentang orang lain. Ingatlah selalu bahwa mungkin ada informasi penting yang belum kita ketahui, dan oleh karena itu kesimpulan kita mungkin saja salah.
Semoga dengan melakukan ketiga tips di atas, kita bisa mengurangi masalah-masalah yang tidak perlu terjadi karena kesalahpahaman. Sebagai gantinya, waktu-waktu yang tadinya kita gunakan untuk memperbaiki hubungan yang rusak karena kesalahpahaman, kini kita bisa gunakan untuk sesuatu yang lebih produktif dan membuat diri kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Selamat menghilangkan kesalahpahaman di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar